Coba kamu lihat ketika mendung itu berarak
Menuju ke utara
Dimana di sana gunung yang kokoh megah berdiri menanti
Yang akan mengkabut sepanjang hari,
Di ketika itu juga sang surya yang merah menyala
Mengubah seketika hari yang gelap seusai mendung usai berarak
Melewati lintangnya katulistiwa
Dedaunan yang seketika itu membasah kering kembali,
Panas dan terbakar seluruhnya
Kemudian barulah sang pelangi datang tersenyum bersama pasangannya
Seolah-olah gerbira dengan apa yang ada..
Hati ku..
Umpama mendung yang membawa hujan
Menyirami dimana ketika aku tak mampu bertahan
Menaungi diketika aku sedang dalam perjalanan
Membakar di kala aku dalam pemergian
Mendung...
Sesungguhnya kamu tidak pernah bertanya
Dimanakah bungaku.. yang memerlukan renjisan itu..
Tak pernah kamu bertanya
Mana dia taman yang saban hari menanti siraman itu
Kamu hanyalah utusan
Tugasmu hanyalah setia
Biarkan hatimu tidak serupa tindakanmu
Biarkan tindakanmu memecah keceriaan setengah insan
Namun itu adalah kudrat mu
Ikuti saja kemana angin menyeret
Tumpahkan saja dimana tuhan menyuruhmu
Walaupun dilema..
Dengan kemahuan manusia
Yang senantiasa ingin mengatur tuhan
Karena dilemamu adalah dalam kepastian
Tunggulah kedatangan ku
Jangan ada diantara kalian yang mengharapkan ku
Namun tunggulah dengan setia
Menantilah dengan ceria
nNikmatilah hidupmu
Hiasilah taman-taman mu
Dengan bunga yang berkembang semerbak mewangi
Sesungguhnya aku lemah lagi rapuh
Jika kehendaknya tidak mampu membahagiakan mu
Diriku yang di tanganya akan menurut saja
Di mana aku harus berhenti
Ke mana aku harus berganjak
Di taman mana aku harus menguyur
Itu lah nanti pilihanku
Pilihan dimana kakikn berpijak
Di Langit mana kepalaku menjunjung
Bunga yang tegar bertahan
Bunga yang setia mendambakan
Bunga yang ikhlas dengan ketentuan tuhan.
Marwi - 14 Oktober 2010, 6:45am
Marwi - 14 Oktober 2010, 6:45am
0 comments:
Posting Komentar